Walikota Diminta Letakan Jabatan, Kolam Bekas Tambang Kembali Renggut Korban Bocah ke-9


Kampanye

Walikota Diminta Letakan Jabatan, Kolam Bekas Tambang Kembali Renggut Korban Bocah ke-9


Oleh JATAM

23 Desember 2014





Tepat hari ibu, 22 Desember 2014, namun duka justru membuncah basah di wajah Rahmawati (37 tahun) akibat airmata yang terus berlinang sejak tadi siang. Didalam rumah sederhana yang terbuat dari kayu berukuran 6 X 12 meter tersebut sejumlah ibu para tetangganya memeluknya dan terus mengurai kata agar Rahmawati terobati dukanya.Rahmawati harus kehilangan putranya Muhammad Raihan saputra (10 Tahun) karena tewas lemas di lubang bekas tambang menganga yang diduga milik perusahaan tambang batubara, PT. Graha Benua Etam (GBE), setelah sebelumnya bermain bersama teman sebayanya.

Sejumlah warga dan kerabat menceritakan bahwa lubang bekas tambang yang membawa maut tersebut setidaknya sudah dibiarkan menganga dan terisi air sejak 3 tahun lalu. Tak hanya itu menurut kesaksian Asep (38 tahun) ia dan warga Gang Karya Bersama, Gang M. Tulus dan Gang Saliki juga turut menggunakan air dari lubang bekas tambang yang mirip danau tersebut untuk kebutuhan mandi dan mencuci pakaian. “sudah 3 bulan ini kami sedot air dengan mesin dan selang di danau bekas tambang itu, karena kalau mengandalkan air sanyo, keruh dan PAM (perusahaan air minum) juga belum terpasang di daerah sini” ujar Asep menambahkan.

Tak ada Firasat apapun yang muncul di ingatan Rahmawati, “hanya baru saja kemaren malam dinasehati bapaknya agar tak main jauh-jauh dan ingat pulang kalau sudah waktunya”kenang Rahmawati.Rahmawati sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga biasa, selain itu juga berjualan Nasi campur dan gorengan di warung kecil di depan rumahnya di Jl. Padat Karya, RT 68, No 9, Sempaja Selatan. Sedangkan suami dan ayah Raihan, bernama Misransyah, Pria bersuku Banjar ini sehari-harinya hanya bekerja sebagai Buruh Toko Alat-alat Kapal milik seorang pedagang cina di Jalan Lambung Mangkurat.

Raihan kecil baru 2 hari mencicipi hari liburnya, setelah pada hari sabtu kemarin ia dan orang tuanya baru saja mengambil Raport semester ganjil di sekolahnya SDN 009, Pinang Seribu, Samarinda Utara. Raihan anak biasa saja, nilai raportnya juga biasa saja ujar Misransyah (36 Tahun) ayah Raihan. “Raihan itu suka main bola dan suka bergaul ia sangat dikenal luas oleh-anak-anak disini karena keluwesannya bergaul” tutup Misransyah.

Raihan diperkirakan tewas setelah waktu solat Dzuhur, sekitar Pukul 14.00 siang dan baru dievakuasi Pkl 17.30 sore, setelah mendapat bantuan dari BNPB dan Tim SAR. Tubuh Raihan didapatkan pada kedalaman 8 meter, sementara kedalaman lubang bekas tambang yang berisi air tersebut diperkirakan mencapai 40 meter.Lubang Tambang itu sendiri sering dikeluhkan warga karena jaraknya yang hanya 50 meter dari pemukiman warga.

Daftar nama sembilan korban lubang tambang (Klik disini)







© 2024 Jaringan Advokasi Tambang





Kampanye

Walikota Diminta Letakan Jabatan, Kolam Bekas Tambang Kembali Renggut Korban Bocah ke-9


Share


Oleh JATAM

23 Desember 2014



Tepat hari ibu, 22 Desember 2014, namun duka justru membuncah basah di wajah Rahmawati (37 tahun) akibat airmata yang terus berlinang sejak tadi siang. Didalam rumah sederhana yang terbuat dari kayu berukuran 6 X 12 meter tersebut sejumlah ibu para tetangganya memeluknya dan terus mengurai kata agar Rahmawati terobati dukanya.Rahmawati harus kehilangan putranya Muhammad Raihan saputra (10 Tahun) karena tewas lemas di lubang bekas tambang menganga yang diduga milik perusahaan tambang batubara, PT. Graha Benua Etam (GBE), setelah sebelumnya bermain bersama teman sebayanya.

Sejumlah warga dan kerabat menceritakan bahwa lubang bekas tambang yang membawa maut tersebut setidaknya sudah dibiarkan menganga dan terisi air sejak 3 tahun lalu. Tak hanya itu menurut kesaksian Asep (38 tahun) ia dan warga Gang Karya Bersama, Gang M. Tulus dan Gang Saliki juga turut menggunakan air dari lubang bekas tambang yang mirip danau tersebut untuk kebutuhan mandi dan mencuci pakaian. “sudah 3 bulan ini kami sedot air dengan mesin dan selang di danau bekas tambang itu, karena kalau mengandalkan air sanyo, keruh dan PAM (perusahaan air minum) juga belum terpasang di daerah sini” ujar Asep menambahkan.

Tak ada Firasat apapun yang muncul di ingatan Rahmawati, “hanya baru saja kemaren malam dinasehati bapaknya agar tak main jauh-jauh dan ingat pulang kalau sudah waktunya”kenang Rahmawati.Rahmawati sehari-hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga biasa, selain itu juga berjualan Nasi campur dan gorengan di warung kecil di depan rumahnya di Jl. Padat Karya, RT 68, No 9, Sempaja Selatan. Sedangkan suami dan ayah Raihan, bernama Misransyah, Pria bersuku Banjar ini sehari-harinya hanya bekerja sebagai Buruh Toko Alat-alat Kapal milik seorang pedagang cina di Jalan Lambung Mangkurat.

Raihan kecil baru 2 hari mencicipi hari liburnya, setelah pada hari sabtu kemarin ia dan orang tuanya baru saja mengambil Raport semester ganjil di sekolahnya SDN 009, Pinang Seribu, Samarinda Utara. Raihan anak biasa saja, nilai raportnya juga biasa saja ujar Misransyah (36 Tahun) ayah Raihan. “Raihan itu suka main bola dan suka bergaul ia sangat dikenal luas oleh-anak-anak disini karena keluwesannya bergaul” tutup Misransyah.

Raihan diperkirakan tewas setelah waktu solat Dzuhur, sekitar Pukul 14.00 siang dan baru dievakuasi Pkl 17.30 sore, setelah mendapat bantuan dari BNPB dan Tim SAR. Tubuh Raihan didapatkan pada kedalaman 8 meter, sementara kedalaman lubang bekas tambang yang berisi air tersebut diperkirakan mencapai 40 meter.Lubang Tambang itu sendiri sering dikeluhkan warga karena jaraknya yang hanya 50 meter dari pemukiman warga.

Daftar nama sembilan korban lubang tambang (Klik disini)



Sekretariat: Graha Krama Yudha Lantai 4 Unit B No. 43, RT.2/RW.2, Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760

✉ jatam@jatam.org

☏ (021) 7997849


Tentang Kami

→ Profil Organisasi

→ Sejarah

→ Mandat

→ Keorganisasian

→ Etika

→ Pegiat


Kunjungi

→ Pemilu Memilukan

→ Save Small Islands

→ Potret Krisis Indonesia

→ Tambang gerogoti Indonesia


Konstituen

→ JATAM Kaltim

→ JATAM Sulteng

→ JATAM Kaltara






© 2024 Jaringan Advokasi Tambang