Pengumuman Lomba Artikel Hari Anti Tambang
Siaran Pers
Pengumuman Lomba Artikel Hari Anti Tambang
Oleh JATAM
05 Juni 2023
Hari Anti-Tambang diperingati setiap 29 Mei. Pada hari ini, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup, kami mengumumkan pemenang lomba menulis artikel JATAM-Indonesiana-Mongabay
Halo, Jatamers!
Setelah melalui proses penerimaan naskah dan peserta, penjaringan, serta penjurian, tibalah waktunya pengumuman lomba artikel dalam rangka Hari Anti-Tambang dan Hari Lingkungan Hidup 2023 yang diadakan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Indonesiana.id, dan Mongabay Indonesia.
Sayembara ini boleh dibilang dibuat secara mendadak dan mendekati peringatan Hari Anti-Tambang pada 29 Mei 2023. Awalnya kami mengira antusiasme peserta akan kurang mengingat singkatnya waktu pengumpulan naskah dan pendaftaran peserta.
Namun, tidak disangka, mendekati batas akhir penerimaan naskah, ada puluhan artikel yang diunggah para peserta ke blog Indonesiana.id. Meskipun beberapa mengalami kendala teknis karena baru bergabung di blog warga ini, namun semangat peserta tidak surut untuk mengirimkan karyanya.
Total naskah yang dihimpun Indonesiana.id sebanyak 157 artikel. Kurator dari Indonesiana dan JATAM menjaring karya-karya ini sehingga terpilih 37 naskah yang dinilai berdasarkan kesesuaian tema lomba, etika penulisan, dan faktualitas tema.
Kemudian 37 naskah tersebut diserahkan ke Dewan Juri untuk dinilai berdasarkan orisinalitas gagasan (20%), signifikansi dampak empirik yang diangkat (30%), keberpihakan kepada kelompok marginal (30%), dan teknik penulisan (20%).
Adapun dewan juri, yaitu Hendro Sangkoyo – peneliti School of Democratic Economics (SDE), Sapariah Saturi – editor senior Mongabay Indonesia, Siti Maemunah – Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) dan Badan Pengurus JATAM, Wahyu Dhyatmika – Direktur Utama Tempo Digital, serta Ika Ningtyas – Sekretaris Jenderal AJI Indonesia.
Dari 37 karya yang dinilai, panitia pun berhasil mendapatkan nama-nama juara lomba yang berhak mendapatkan hadiah dari JATAM senilai total Rp 22,5 juta.
Berikut nama-nama para pemenang dan karyanya. Pada bagian bawah akan disertakan catatan kurator dan juri.
Juara I: Anno Susabun
“Tanah itu Ibu Kami”: Cara Perempuan Pocoleok, Flores Pertahankan Tanah dari Ancaman Proyek Geothermal
Juara II: Anggalih Bayu Muh Kamim
Memasung Hak Atas Air: Beban Produksi dan Reproduksi Perempuan dalam Bayang-Bayang Tambang
Juara III: Nurul Fadli Gaffar, Muhammad Riszky, dan Abdul Rafi Syafaat
Pesisir Bantaeng yang Diluluhlantakkan Industri Nikel
Juara Harapan I: Rudi Kogoya
Mitos Pembangunan di Papua: Ancaman Kedaulatan Pangan Perempuan Adat Moni dan Rencana Tambang Blok Wabu
Juara Harapan II: Della Syahni
Mengapa Transisi Energi di Indonesia Tidak Adil?
Juara Harapan III: Himas Nur Rahmawati
Ekologi Queer: Perlawanan Interseksional atas Hegemoni Industri Ekstraktif yang Heteronormatif
Juara Harapan IV: Eko Rusdianto
Kutukan Nikel; Mati-nya Daeng Nuru dan Kampung Pajjukukang
Juara Harapan V: Eka Zuni Lusi Astuti
Geliat Gerakan Perempuan Anti-Tambang “Wadon Wadas” dalam Bingkai Esensialisme Strategis
Hadiah:
Juara I: Rp. 5.000.000
Juara II: Rp. 4.000.000
Juara III: Rp. 3.500.000
Juara Harapan I: Rp. 3.000.000
Juara Harapan II: Rp. 2.500.000
Juara Harapan III: Rp. 2.000.000
Juara Harapan IV: Rp. 1.500.000
Juara Harapan V: Rp. 1.000.000
Selamat kepada para pemenang. Selanjutnya untuk kepentingan pengiriman hadiah, masing-masing pemenang akan dihubungi panitia.
Catatan Kurator dan Juri
Koordinator Nasional JATAM, Melky Nahar, mengatakan lembaganya mengapresiasi seluruh peserta yang telah terlibat dalam lomba menulis artikel ini. “Antusiasme peserta, terutama yang menulis isu-isu dari wilayah krisis, menunjukkan ada perhatian lebih ihwal krisis berkepanjangan warga dan lingkungan di hadapan laju industri ekstraktif di kepulauan Indonesia,” ujarnya.
JATAM meyakini, perlawanan terhadap ekstraktivisme bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan menulis. Sehingga semangat perlawanan itu mesti terus dirawat dan disebarluaskan untuk masa depan bersama.
Editor Indonesiana.id, Tulus Wijanarko, mengatakan butuh ketelitian untuk menyaring naskah dari para peserta dengan mempertimbangkan keunggulan dari tulisannya. Sebab dari tata bahasa, mayoritas peserta bisa menulis dengan baik.
Peneliti utama School of Democratic Economics (SDE), Hendro Sangkoyo, selaku juri menjelaskan jumlah tulisan yang masuk tidak sedikit. Hal ini semacam konfirmasi bahwa soal-soal yang diajukan oleh penyelenggara lomba memang bukan soal pinggiran dalam politik sehari-hari menurut tangkapan penglihatan peserta.
“Kedua, dari seluruh tulisan yang diterima, mencolok sekali bahwa penglihatan dari telapak kaki orang biasa di kampung mendominasi. Slogan, kata kunci dari badan badan internasional, program pengurus negara atau pelaku pasar keuangan dan industri rendah karbon–tinggi korban lainnya justru dibaca sebagai akar-akar masalah global dari derita di kampung,” ucap Hendro.
Juri lainnya, Siti Maemunah – Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT) dan Badan Pengurus JATAM, berpendapat, jika selama ini persoalan klasik pertambangan dan energi adalah perusakan lingkungan dan kekerasan terhadap rakyat di sekitar pertambangan. “Tulisan-tulisan yang masuk Lomba Artikel Hari Anti Tambang 2023 memperkaya dengan kedalaman persoalan kemanusiaan dan ekologi, serta tren perusakan pulau-pulau kecil bersama ekspansi pertambangan dan smelter nikel yang dibungkus sebagai proyek hijau lengkap dengan pendanannya,” ucap Maemunah.
Namun yang paling menarik menurut dia, para penulis membuka mata kita bagaimana isu kontemporer pertambangan dan energi yang dialami kelompok marjinal, seperti masyarakat adat, orang miskin, perempuan dan queer. “Artikel-artikel ini dengan kritis menunjukkan bagaimana ekonomi ekstraktif meluluh lantakkan hubungan-hubungan sosial ekologis dan ekonomi umur panjang di kepulauan di Indonesia.”
Wahyu Dhyatmika – Direktur Utama Tempo Digital, mengungkapkan artikel peserta menunjukkan luasnya kesadaran kritis publik akan bahaya ekologi tambang. “Dan suramnya masa depan kita jika tidak diupayakan gerakan akar rumput untuk transisi energi yang sejati untuk selamatnya Bumi,” kata Wahyu.
Sapariah Saturi, editor senior Mongabay Indonesia, mengatakan industri ekstraktif menciptakan daya rusak multidimensi, dari kehancuran lingkungan, keanekaragaman sampai ke manusianya dan banyak lagi. “Banyak cara untuk melawan, salah satunya dengan menulis. Menulis adalah senjatamu,” tutur Sapariah.
Sedangkan Sekretaris Jenderal AJI Indonesia, Ika Ningtyas menilai seluruh tulisan yang diikutsertakan dalam lomba ini memperkaya fakta dan perspektif mengenai daya rusak industri ekstraktif yang terus meluas dan sulit dipulihkan.
Menurut Ika, sejumlah penulis juga berhasil mengingatkan kita semua mengenai narasi dan solusi palsu dalam berbagai kebijakan untuk mengatasi krisis iklim saat ini, yang di balik itu semua justru melanggengkan kolonialisme ekstraktif dan akan memperparah bencana sosial ekologis warga. “Tulisan-tulisan ini juga mengingatkan kita semua agar perjuangan menyelamatkan bumi harus dilakukan secara inklusif, berkeadilan dan berpihak pada mereka yang paling rentan.”
Jakarta, 5 Juni 2023
© 2024 Jaringan Advokasi Tambang