FORKOMM: Seminar Masih Bisa Diadakan tanpa CSR Tambang
Deadly Coal
FORKOMM: Seminar Masih Bisa Diadakan tanpa CSR Tambang
Oleh JATAM
16 Desember 2016
Beredarnya tawaran dari sebuah perusahaan yang menjadi mitra PT Bumi Suksesindo (PT BSI) untuk mengadakan seminar dunia kemahasiswaan, ditanggapi dingin oleh Forum Komunikasi Mahasiswa dan Masyarakat Banyuwangi (ForkoMM). Koordinator ForkoMM Anang Suindro menyatakan, tawaran tersebut sudah selayaknya ditolak oleh Mahasiswa Banyuwangi, karena sumber dananya berasal dari kegiatan yang menghabisi Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu (HLGTP).
Untuk diketahui, PT BSI adalah perusahan yang sekarang melakukan operasi penambangan emas di HLGTP. PT BSI adalah anak perusahaan Merdeka Copper Gold yang sebagian sahamnya dikuasai oleh PT Saratoga Investama Sedaya (perusahaan milik Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga S. Uno).
“Sebagai bagian gerakan masyarakat sipil, ForkoMM menyerukan agar elemen mahasiswa Banyuwangi menolak tawaran penyelenggaraan seminar yang duitnya berasal dari kegiatan yang merusak hutan lindung. Sebaiknya, mahasiswa Banyuwangi menolaknya daripada generasi mendatang kelak mengutuknya sebagai mahasiswa oportunis yang tega mengadakan seminar yang duitnya berasal dari perusakan hutan lindung,” jelas Anang.
Pendapat Anang ini juga didukung oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi (Bem Untag) Sunandiantoro. Menurutnya, eksploitasi emas di Hutan Lindung Gunung Tumpang Pitu itu hanya akan menambah angka kerentanan Tumpang Pitu sebagai kawasan rawan bencana.
“Gunung Tumpang Pitu itu benteng alami bagi warga dari tsunami. Tsunami tahun 1994 itu sudah menghancurkan dusun Pancer, padahal Gunung Tumpang Pitu masih ada. Lantas bagaimana jadinya jika ada tsunami lagi, tapi Gunung Tumpang Pitu sudah habis ditambang?” tanya Sunandiantoro.
Menurutnya, tambang di Tumpang Pitu itu akan menjadi ancaman serius bagi fungsi Tumpang Pitu sebagai kawasan resapan air. “Selain tidak berkelanjutan. Tambang emas itu nantinya akan mengancam sumber nafkah warga yang berasal dari dunia pertanian dan kelautan,” tutur aktivis yang juga aktif dalam gerakan konservasi bambu ini.
Sikap penolakan terhadap tawaran penyelenggaran seminar kemahasiswaan yang anggarannya bersumber dari dana Corporate Social Responbility (CSR) PT BSI juga ditunjukkan oleh Faishol, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Bem Stikes) Banyuwangi.
“Tambang itu kegiatan yang beresiko bagi warga di sekitarnya. Tidak patut rasanya jika mahasiswa bikin seminar yang sumber dananya dari kegiatan yang membahayakan warga,” papar mahasiswa semester lima tersebut.
Lebih jauh Faishol mengingatkan, ancaman bagi warga itu terutama dari penggunaan sianida sebagai bahan pemurni emas. “Hingga hari ini pilihan pemurnian emas itu cuma ada dua pilihan. Jika tak menggunakan merkuri ya menggunakan sianida. Jadi wajar jika tambang emas itu dimasukkan dalam kategori kegiatan resiko tinggi,” jlentrehnya.
Karena hanya sianida dan merkuri yang jadi pilihan pemurnian emas, maka Faishol menolak tambang emas di Tumpang Pitu. “Termasuk pula menolak seminar yang bersumber dari dana CSR PT BSI,” tegasnya.
Terkait penolakan seminar yang bersumber dana CSR PT BSI ini, Koordinator ForkoMM Anang Suindro saat dikonfirmasi menyatakan, jika sikap ForkoMM ini juga didukung oleh Bem Untag Banyuwangi, Bem Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba), Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Bem Stikes) Banyuwangi, dan Bem Univeristas Bakti Indonesia (Ubi).
Saat ditanya bagaimana nantinya jika ada Badan Eksekutif Mahasiswa (Bem) yang bersedia menerima tawaran untuk menyelenggarakan seminar bersumber dana CSR PT BSI? Ketua Bem Uniba Andre Saputra yang saat itu mendampingi Anang menjawab, “Biarlah kelak sejarah yang akan menghukumnya. Yang jelas ForkoMM sudah memilih sikap, dan kami akan berusaha setia dengan sikap yang kami pilih.”
Andre menambahkan, sebagai mahasiswa, dirinya tak ingin kelak dikejar-kejar rasa bersalah karena pernah ikut menggunakan dana dari kegiatan perusakan hutan lindung.“Kami tidak mau kelak menanggung dosa sejarah, kemudian dicap sebagai mahasiswa oportunis.” pungkas mahasiswa jurusan pendidikan olahraga itu dengan nada tegas.
*
Banyuwangi, 5 Desember 2016
———-
Forum Komunikasi Mahasiswa dan Masyarakat Banyuwangi (ForkoMM)
Koordinator Anang Suindro
No Hp. 0821 43299 430
© 2024 Jaringan Advokasi Tambang