Festival Wai Humba: Bertani Tanpa Tambang


Blog

Festival Wai Humba: Bertani Tanpa Tambang


Oleh Umbu Wulang

05 November 2015





Bertani Tanpa Tambang hingga Deklarasi Nusa Tanpa Tambang

Gunung Wanggameti, Tanadaru dan Yawilla merupakan kawasan utama di Pulau Sumba, NTT ( baca, Humba) yang berfungsi sebagai penyuplai kehidupan ekonomi, sosial budaya hingga kesehatan bagi rakyat Humba. Ketiga kawasan ini sejak nenek moyang telah “dikeramatkan”. Wanggameti dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti Menghalau Kematian. Menghalau kematian dalam cakupan pemahaman orang Humba bahwa Wanggameti memberi Air, Pangan, Tanaman Obat-Obatan, kayu kepada manusia sehingga manusia dapat bertahan hidup selama mungkin. Secara geografis, Gunung Wanggameti terletak di Sumba Timur, Tana Daru di  Sumba Tengah dan Sumba Barat dan Yawilla di Sumba Barat Daya.

Sejak dulu kala, nenek moyang Orang Humba sangat menghormati leluhur dan sang pencipta alam semesta. Salahsatunya dengan melakukan persembhayangan di pusat-pusat sumber daya air. Dalam bahasa Humba Kambera disebut Kalarat Wai. Kalarat Wai merupakan aktivitas religius aliran kepercayaan Marapu ( Agama Asli Orang Humba). Hingga kini, aktivitas tersebut masih sering dilakukan oleh orang-orang tua di kampung yang masih beragama Marapu. Aktivitas ini selain merupakan ibadah ucapan syukur juga sekaligus ibadah permohonan kepada pencipta agar senantiasa melimpahkan karunia air buat orang Humba. Sampai saat ini, kawasan tempat persembayangan di kawasan mata air tidak boleh ada aktivitas manusia dalam hal pengrusakan.

Humba sesungguhnya identik dengan air. Ini terbukti dengan semua daerah utama di Humba dan telah menjadi ibu kota kabupaten semuanya menggunakan Wai atau Wee ( Air) sebagai nama. Sumba Timur dengan Waingapu, Sumba Barat dengan Waikabubak. Sumba Tengah dengan Waibakul, Sumba Barat Daya dengan Waitabula ( kini berubah jadi Tambolaka). Namun belakangan air sebagai entitas peradaban budaya seolah terlupakan dalam pembangunan di Humba. Pembangunan telah banyak merusak peradaban budaya Humba yang identik dengan air. Pembangunan mulai merusak kawasan tiga gunung yang merupakan penyuplai air terbesar di pulau ini

Festival Tiga Gunung “Wai Humba” ke IV yang akan dilakukan di Kampung Paponggu, Tanadaru, Sumba Tengah mengangkat tema “Bertani Tanpa Tambang”. Festival ini menjadi ajang para petani di Sumba khususnya di wilayah hulu untuk tetap menyatukan komitmen menolak aktivitas pertambangan.

Kegiatan kali ini juga akan bersama dengan berbagai perwakilan komunitas dari Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk mendeklarasikan Nusa Tanpa Tambang. Proses ini didasari oleh keyakinan bersama bahwa NTT tidak cocok atau layak untuk ditambang dengan segala keterbatasannya.

A. Kegiatan Festival

1Persembayangan syukur di mata air/sungai & Kalarat Wai

2. Diskusi dan deklarasi Petani kawasan Hulu

3. Ajang Jirat Kuda dan Tunggang Kuda

4. Pameran pangan dan kerajinan lokal

5. Diskusi kampung, pembentukan tim dinamisator Wai Humba

6. Penghijauan/ pelatihan pertanian organik

7. Pentas Seiso dan luluku

8. Permainan tradisional anak Humba

9. Ikrar rakyat Kami Bukan Humba yang Menuju Kemusnahan

10. Pajulu La Wai ( Hiburan Air)

11. Pemberian penghargaan Pejuang Lingkungan

12. Pahamang ( rembug adat budaya kampung)

13. Deklarasi NTT Tanpa Tambang







© 2025 Jaringan Advokasi Tambang





Blog

Festival Wai Humba: Bertani Tanpa Tambang


Share


Oleh Umbu Wulang

05 November 2015



Bertani Tanpa Tambang hingga Deklarasi Nusa Tanpa Tambang

Gunung Wanggameti, Tanadaru dan Yawilla merupakan kawasan utama di Pulau Sumba, NTT ( baca, Humba) yang berfungsi sebagai penyuplai kehidupan ekonomi, sosial budaya hingga kesehatan bagi rakyat Humba. Ketiga kawasan ini sejak nenek moyang telah “dikeramatkan”. Wanggameti dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti Menghalau Kematian. Menghalau kematian dalam cakupan pemahaman orang Humba bahwa Wanggameti memberi Air, Pangan, Tanaman Obat-Obatan, kayu kepada manusia sehingga manusia dapat bertahan hidup selama mungkin. Secara geografis, Gunung Wanggameti terletak di Sumba Timur, Tana Daru di  Sumba Tengah dan Sumba Barat dan Yawilla di Sumba Barat Daya.

Sejak dulu kala, nenek moyang Orang Humba sangat menghormati leluhur dan sang pencipta alam semesta. Salahsatunya dengan melakukan persembhayangan di pusat-pusat sumber daya air. Dalam bahasa Humba Kambera disebut Kalarat Wai. Kalarat Wai merupakan aktivitas religius aliran kepercayaan Marapu ( Agama Asli Orang Humba). Hingga kini, aktivitas tersebut masih sering dilakukan oleh orang-orang tua di kampung yang masih beragama Marapu. Aktivitas ini selain merupakan ibadah ucapan syukur juga sekaligus ibadah permohonan kepada pencipta agar senantiasa melimpahkan karunia air buat orang Humba. Sampai saat ini, kawasan tempat persembayangan di kawasan mata air tidak boleh ada aktivitas manusia dalam hal pengrusakan.

Humba sesungguhnya identik dengan air. Ini terbukti dengan semua daerah utama di Humba dan telah menjadi ibu kota kabupaten semuanya menggunakan Wai atau Wee ( Air) sebagai nama. Sumba Timur dengan Waingapu, Sumba Barat dengan Waikabubak. Sumba Tengah dengan Waibakul, Sumba Barat Daya dengan Waitabula ( kini berubah jadi Tambolaka). Namun belakangan air sebagai entitas peradaban budaya seolah terlupakan dalam pembangunan di Humba. Pembangunan telah banyak merusak peradaban budaya Humba yang identik dengan air. Pembangunan mulai merusak kawasan tiga gunung yang merupakan penyuplai air terbesar di pulau ini

Festival Tiga Gunung “Wai Humba” ke IV yang akan dilakukan di Kampung Paponggu, Tanadaru, Sumba Tengah mengangkat tema “Bertani Tanpa Tambang”. Festival ini menjadi ajang para petani di Sumba khususnya di wilayah hulu untuk tetap menyatukan komitmen menolak aktivitas pertambangan.

Kegiatan kali ini juga akan bersama dengan berbagai perwakilan komunitas dari Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk mendeklarasikan Nusa Tanpa Tambang. Proses ini didasari oleh keyakinan bersama bahwa NTT tidak cocok atau layak untuk ditambang dengan segala keterbatasannya.

A. Kegiatan Festival

1Persembayangan syukur di mata air/sungai & Kalarat Wai

2. Diskusi dan deklarasi Petani kawasan Hulu

3. Ajang Jirat Kuda dan Tunggang Kuda

4. Pameran pangan dan kerajinan lokal

5. Diskusi kampung, pembentukan tim dinamisator Wai Humba

6. Penghijauan/ pelatihan pertanian organik

7. Pentas Seiso dan luluku

8. Permainan tradisional anak Humba

9. Ikrar rakyat Kami Bukan Humba yang Menuju Kemusnahan

10. Pajulu La Wai ( Hiburan Air)

11. Pemberian penghargaan Pejuang Lingkungan

12. Pahamang ( rembug adat budaya kampung)

13. Deklarasi NTT Tanpa Tambang



Sekretariat: Graha Krama Yudha Lantai 4 Unit B No. 43, RT.2/RW.2, Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760

✉ jatam@jatam.org

☏ (021) 7997849


Tentang Kami

→ Profil Organisasi

→ Sejarah

→ Mandat

→ Keorganisasian

→ Etika

→ Pegiat


Kunjungi

→ Pemilu Memilukan

→ Save Small Islands

→ Potret Krisis Indonesia

→ Tambang gerogoti Indonesia


Konstituen

→ JATAM Kaltim

→ JATAM Sulteng

→ JATAM Kaltara






© 2025 Jaringan Advokasi Tambang