City Toxic Tour 2016


Kampanye

City Toxic Tour 2016


Oleh JATAM

14 Januari 2016





“Pertanian Berkelanjutan Sebagai Prosumsi Tanding Daya Rusak Tambang”

City Toxcic Tour 2 revisi copyDalam 15 tahun terkahir, di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, marak petani yang beralih profesi menjadi Gurandil (penambang emas liar) di Gunung Pongkor. Tidak hanya warga lokal saja, para gurandil ini pun juga berasal dari berbagai daerah. Tentu saja maraknya alih profesi menjadi gurandil ini tak lepas dari kehadiran PT. ANTAM yang mulai menambang emas di Gunung Pongkor sejak 1988.

Kehadiran ANTAM di Gunung Pongkor mulai membawa permasalahan lingkungan di kawasan tersebut. Pertanian warga yang sangat bergantung pada ekosistem air menjadi semakin menurun produksinya karena pencemaran dari perusahaan tambang tersebut.

Keadaan ini membuat wilayah Pongkor dihantam oleh daya rusak pertambangan dari dua sisi. Pertambangan skala besar oleh ANTAM, serta pertambangan liar yang semakin massif dilakukan oleh para gurandil. Kerusakan tersebut paling parah berada di Sungai Cikaniki. Di kawasan Pongkor sendiri setidaknya ada empat anak Sungai Cikaniki yang vital pemanfaatannya untuk kebutuhan produksi dan konsumsi hingga wilayah hilir: Sungai Kubang Cicau, Sungai Cipanganten, Sungai Ciguha dan Sungai Ciurug, yang kesemuanya masih merupakan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)Cisadane.

Salah satu upaya untuk memulihkan kembali kawasan Gunung Pongkor adalah dengan menggiatkan kembali sektor pertanian yang dulunya pernah menjadi basis sosial dan ekonomi masyarakat Gunung Pongkor. Pertanian organik berkelanjutan inilah yang menjadi basis produksi-konsumsi tanding atas daya rusak pertambangan yang sudah mengikis sosial ekonomi pertanian di kawasan Gunung Pongkor.

Di sisi lain, pertanian organik minim lahan saat ini juga semakin menjadi trend bagi pegiat pertanian di kawasan perkotaan. Tentu saja bertani secara organik ini adalah salah satu pilihan alternatif untuk menandingi produk-produk pertanian yang selama ini tergantung pada bibit transgenic maupun pupuk kimia.

Dua bentuk produksi-konsumsi tanding antar hulu dan hilir ini adalah suatu hal yang terhubung dan tidak terpisahkan. Untuk itu JATAM memandang bahwa menghubungkan dua hal ini adalah salah satu strategi untuk semakin menguatkan produksi-konsumsi tanding berbasis komunitas untuk melawan daya rusak tambang.







© 2024 Jaringan Advokasi Tambang





Kampanye

City Toxic Tour 2016


Share


Oleh JATAM

14 Januari 2016



“Pertanian Berkelanjutan Sebagai Prosumsi Tanding Daya Rusak Tambang”

City Toxcic Tour 2 revisi copyDalam 15 tahun terkahir, di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, marak petani yang beralih profesi menjadi Gurandil (penambang emas liar) di Gunung Pongkor. Tidak hanya warga lokal saja, para gurandil ini pun juga berasal dari berbagai daerah. Tentu saja maraknya alih profesi menjadi gurandil ini tak lepas dari kehadiran PT. ANTAM yang mulai menambang emas di Gunung Pongkor sejak 1988.

Kehadiran ANTAM di Gunung Pongkor mulai membawa permasalahan lingkungan di kawasan tersebut. Pertanian warga yang sangat bergantung pada ekosistem air menjadi semakin menurun produksinya karena pencemaran dari perusahaan tambang tersebut.

Keadaan ini membuat wilayah Pongkor dihantam oleh daya rusak pertambangan dari dua sisi. Pertambangan skala besar oleh ANTAM, serta pertambangan liar yang semakin massif dilakukan oleh para gurandil. Kerusakan tersebut paling parah berada di Sungai Cikaniki. Di kawasan Pongkor sendiri setidaknya ada empat anak Sungai Cikaniki yang vital pemanfaatannya untuk kebutuhan produksi dan konsumsi hingga wilayah hilir: Sungai Kubang Cicau, Sungai Cipanganten, Sungai Ciguha dan Sungai Ciurug, yang kesemuanya masih merupakan Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)Cisadane.

Salah satu upaya untuk memulihkan kembali kawasan Gunung Pongkor adalah dengan menggiatkan kembali sektor pertanian yang dulunya pernah menjadi basis sosial dan ekonomi masyarakat Gunung Pongkor. Pertanian organik berkelanjutan inilah yang menjadi basis produksi-konsumsi tanding atas daya rusak pertambangan yang sudah mengikis sosial ekonomi pertanian di kawasan Gunung Pongkor.

Di sisi lain, pertanian organik minim lahan saat ini juga semakin menjadi trend bagi pegiat pertanian di kawasan perkotaan. Tentu saja bertani secara organik ini adalah salah satu pilihan alternatif untuk menandingi produk-produk pertanian yang selama ini tergantung pada bibit transgenic maupun pupuk kimia.

Dua bentuk produksi-konsumsi tanding antar hulu dan hilir ini adalah suatu hal yang terhubung dan tidak terpisahkan. Untuk itu JATAM memandang bahwa menghubungkan dua hal ini adalah salah satu strategi untuk semakin menguatkan produksi-konsumsi tanding berbasis komunitas untuk melawan daya rusak tambang.



Sekretariat: Graha Krama Yudha Lantai 4 Unit B No. 43, RT.2/RW.2, Duren Tiga, Kec. Pancoran, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12760

✉ jatam@jatam.org

☏ (021) 7997849


Tentang Kami

→ Profil Organisasi

→ Sejarah

→ Mandat

→ Keorganisasian

→ Etika

→ Pegiat


Kunjungi

→ Pemilu Memilukan

→ Save Small Islands

→ Potret Krisis Indonesia

→ Tambang gerogoti Indonesia


Konstituen

→ JATAM Kaltim

→ JATAM Sulteng

→ JATAM Kaltara






© 2024 Jaringan Advokasi Tambang